Didalam hampir setiap diskusi golongan ini sering menyangkal apa yang menjadi pernyataan mereka sendiri. Golongan mereka sangat apriori terhadap ilmu kalam. Mereka menolak adanya takwil terhadap ayat-ayat mutasyabihat dan memahami ayat-ayat yang menjelaskan sifatkhabariyah dengan makna dzahirnya saja sehingga dapat terjerumus dalam golongan yangmenjisimkan Allah.
Mari kita simak illustrasi dialog dibawah ini.
Aswaja : Coba anda renungkan kembali apa yang anda pahami dari pernyataan anda sendiri: "Allah punya wajah, punya dua tangan, punya betis, punya kaki, punya bentuk (shurah), punya rusuk, dan Allah berada di sebuah tempat bernama langit." ?!
Gol. Sempalan : Bukan seperti paparan itu maksud pernyataan saya, anda saja yang memahami seperti itu !
Aswaja : Baiklah, saya terima, namun jikalau anda memahami makna dzahir selain seperti yang saya paparkan, berarti anda tidak menerima bahasa Arab sebagai bahasa Al Qur`an. Karena makna yang dimaksudkan oleh bahasa Arab secara dzahir adalah seperti yang saya paparkan, silahkan rujuk pelbagai kamus dalam bahasa arab. Tapi anda malah menafikannya ! Bukankah itu artinya anda menafikan bahasa Arab ?!
Kemudian anda mengelak dengan mendatangkan makna baru sesuai dengan pemahaman anda dan golongan anda, yang dikuatkan dengan dakwaan Allah laisa kamitslihi syai-un (Allah tidak ada yang serupa denganNya sesuatupun) atau dakwaan dikunci dengan statement ‘bi laa kaifa’ (tanpa bentuk, keadaan, sifat, corak tertentu yang mungkin difikirkan oleh manusia), anda katakan jangan fikirkan takyif (bentuk)nya ! Jikalau anda mengatakan; bahwa anda dan golongan anda hanya menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak memberikan takyif (bentuk)nya, mari kita analisa pernyataan ini :
Pertama:
Berarti anda mendakwa Allah dan Rasul telah menyatakan hal tersebut dan itu bersumber dari Allah dan Rasul, begitu ?
Kami (Aswaja) ingatkan, hati-hatilah, anda tidak mesti menerima dan sepakat dengan kami, tapi jangan berbohong terhadap Allah dan Rasul ! Karena tidak ada pernyataan jelas dan tegas, secara tekstual dari Allah dan Rasul bahwa maksud sifat-sifat di atas sesuai dengan apa yang anda maksudkan ! Semuanya hanyalah pemahaman anda dan golongan anda tentang Allah dan anda mendakwakan Allah dan Rasul menyatakannya ! Ingat, kita akan mempertanggungjawabkan di hadapan Allah setiap apa yang kita perbuat dan katakan, dan kita tidak bisa mengelak!
Kedua:
Bagaimana mungkin kami tidak memikirkan takyif (bentuk/keadaan)nya, sedangkan anda sudah memberikan takyif terlebih dahulu, ketika anda menyatakan; "Allah punya wajah, Allah punya tangan, dll ". Saat mendengar pernyataan anda itu, sudah ada satu bentuk tertentu tentang "wajah dan tangan" di kepala kami, apalagi diperkuat dengan pernyataan wajah dan tangan secara 'haqiqah dzahirnya', bukan majazi ! Silahkan tanyakan itu pada siapapun bahkan saya yakin anda pun begitu ! Oleh karena itu anda akan bertanggung jawab sangat berat dengan perkataan anda sendiri !
Sekali lagi kami (Aswaja) tegaskan, bahwa saat anda mensifati Allah sebagaimana sifat makhluqNya, walaupun anda menguncinya dengan berkata ‘bilaa kayfa’ (tanpa bentuk, keadaan, sifat, corak tertentu yang mungkin difikirkan oleh manusia), ataupun dengan berkata ‘jangan fikirkan takyif (bentuk)nya’, maka sebenarnya anda telah mengajak umat muslim untuk membayangkan, mengkhayalkan dan menggambarkan Allah dengan berbagai macam rupa, bentuk dan warna sejauh akal dan pikirannya masing-masing. ANDA TELAH MENYUSUPKAN SUGGESTI YANG MERUSAK AQIDAH !. Anda telah menjerumuskan ummat kedalam kemusyrikan karena itu sama saja dengan menjisimkan Allah ! Maha Suci Allah dari penyerupaan mahkluqNya ! Siapa yang memiliki konsep seperti ini jika bukan golongan mujassimah ?
Analisanya begini; ketika anda mengatakan, "Si Fulan punya tangan", maka maknanya adalah:
1. Fulan sudah punya tangan.
2. Anda menetapkan bahwa ada satu bentuk dan model tertentu dari tangan si fulan.
3. Tangan si fulan memiliki kemungkinan beberapa bentuk dan model lain yang mungkin ada.
Al-Hâfizh Ibn al-Jauzi (al-Imam al-Hafizh Abdurrahman ibn Abi al-Hasan al-Jauzi (w 597 H), Imam Ahlussunnah terkemuka, ahli hadits, ahli tafsir, dan seorang teolog (ahli ushul) terdepan) menuliskan bahwa sebab kerancuan sebagian orang yang mengaku bermadzhab Hanbali dalam akidah mereka hingga mereka dicap sebagai golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya (ahl al-tasybîh) adalah karena beberapa hal, salah satunya adalah ;
Mereka seringkali memberlakukan makna-makna indrawi dalam memahami teks-teks tersebut. Ini ditandai dengan adalanya lafazh-lafazh yang sering kali mereka tambahkan terhadap teks-teks tersebut. Seperti seringkali mereka berkata: “Yanzil Bi Dzâtih…” (Allah turun dengan Dzat-Nya), “Yanzil Wa Yatahawwal…” (Allah turun dan bergerak), “Istawâ Bi Ma’nâ al-Haqîqah…”(Allah benar-benar bertempat/bersemayam) dan tambahan lafazh lainnya. Lalu untuk mengecoh orang-orang awam mereka berkata: “Lâ Kamâ Na’qil…” (Tidak seperti yang kita pikirkan). Terkadang mereka juga berkata: “Lahû Yad Lâ Ka al-Aidî…” (Allah memilki tangan tapai tidak seperti semua tangan), “Lahû ‘Ain Lâ Kasâ’ir al-A’yun…” (Allah punya mata tapi tidak seperti setiap mata), “Lahû Qadam Lâ Kasâ’ir al-Aqdâm…” (Allah memiliki kaki tapi tidak seperti setiap kaki). Yang tersisa bagi mereka adalah untuk mengatakan: “Huwa Insân Lâ Kasâ’ir al-Nâs…” (Allah adalah manusia tatapi tidak seperti seluruh manusia). Adakah tauhid dalam keyakinan orang-orang semacam ini?? (Penjelasan lebih luas lihat Ibn al-Jauzi, Daf’u Syubah at-Tasybih Bi Akaff at-Tanzih, h. 11-12).
Jikalau anda bersikeras mendakwa bahwa pemahaman anda dan golongan anda yang anda ikuti adalah pemahaman para sahabat Rasul, tabi`in, tabi` tabi`in dan para imam, termasuk imam mazhab yang empat (Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi`i dan Imam Ahmad), maka kami ingatkan, silahkan mendakwa seperti di atas dan memberikan banyak dalil untuk memperkuat pernyataan anda serta nukilkanlah sebanyak-banyaknya perkataan para Imam, tapi satu hal yang jelas, anda akan mempertanggungjawabkannya di hadapan mereka pada hari kiamat kelak dan anda tidak bisa mengelak !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar